MAKALAH
AQIDAH AKHLAK
UWAIS
AL QARNI
DISUSUN
OLEH
NAMA : AMARDSA MAULIDA KANIAR
KELAS : XI MIA 1
MAN
19 JAKARTA
2017/2018
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang "UWAIS AL QARNI" ini.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus
berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi
seluruh alam semesta.
kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Aqidah akhlak dengan judul "UWAIS AL QARNI". Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan ibu Idawati S.Pd M.M selaku guru Aqidah Akhlak kami.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat, apabila ada kesalahan mohon dimaafkan
kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Aqidah akhlak dengan judul "UWAIS AL QARNI". Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan ibu Idawati S.Pd M.M selaku guru Aqidah Akhlak kami.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat, apabila ada kesalahan mohon dimaafkan
Jakarta, November 2017
DAFTAR
ISI
Kata pengantar ..........................................................................................................
2
Pendahuluan
.............................................................................................................
3
Kisah Uwais Al Qarni............................................................................................... 3
Keistimewaan Uwais Al Qarni
................................................................................ 9
Wafatnya Uwais Al
Qarni ...................................................................................... 9
Kesimpulan
..............................................................................................................
10
Daftar Pustaka .........................................................................................................
10
I.
Pendahuluan
Pada zaman Nabi Muhammad ï·º,
ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang,
berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada
selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan
kirinya, ahli membaca Al-Qur'an dan menangis,
pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang
satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh
penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.
II.
Kisah Uwais Al Qarni
Pemuda dari Yaman ini
telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya
ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih
tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai
penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekadar menopang
kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk
membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.
Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat
ibunya yang lumpuh dan buta, tidak memengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap
melakukan puasa di siang hari
dan bermunajat di malam harinya.
Uwais al-Qarni telah
memeluk Islam pada masa
negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad ï·º.
yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha
Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar
berakhlak luhur.
Peraturan-peraturan yang
terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam
datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais
selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk
Islam, pergi ke Madinah untuk
mendengarkan ajaran Nabi Muhammad ï·º
secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka
dengan cara kehidupan Islam.
Alangkah sedihnya hati
Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu
telah "bertamu dan bertemu" dengan kekasih Allah penghulu para Nabi,
sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan
yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tetapi apalah daya ia tak punya
bekal
Di ceritakan ketika
terjadi Pertempuran Uhud Rasulullah ï·º
mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya.
Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu
hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada dia ï·º, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti
dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk
bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam
hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah dia dari dekat?
Tapi, bukankah ia
mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditinggalkan
sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.
Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan
memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi ï·º di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa
terharu ketika mendengar permohonan anaknya.
Dia memaklumi perasaan
Uwais, dan berkata, "Pergilah wahai anakku! temuilah Nabi di rumahnya. Dan
bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang". Dengan rasa gembira
ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan
serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.
Sesudah berpamitan sambil
menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih
empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak
peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat
menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari,
semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda
Nabi ï·º yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni
di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi ï·º, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam.
Keluarlah Sayyidah Fathimah binti Muhammad ï·º,
sambil menjawab salam Uwais.
Segera saja Uwais
menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata dia ï·º tidak berada di rumah melainkan berada di medan
perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang
dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin
menunggu kedatangan Nabi ï·º dari medan perang.
Tapi, kapankah dia
pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua
dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman," Engkau harus lekas
pulang".
Karena ketaatan kepada
ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk
menunggu dan berjumpa dengan Nabi ï·º.
Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada Sayyidah Fathimah Radliyallahu
'anh untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi
ï·º dan melangkah pulang dengan perasaan haru.
Sepulangnya dari perang, Nabi ï·º langsung
menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad ï·º menjelaskan
bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni
langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rasulullah ï·º,
Sayyidatina Fathimah a.s. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi
Sayyidah Fathimah Radliyallahu 'anh, memang benar ada yang mencari Nabi ï·º dan segera
pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia
tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.
Rasulullah ï·º bersabda : "Kalau kalian
ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda
putih di tengah-tengah telapak tangannya." Sesudah itu dia ï·º, memandang
kepada Imam Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab dan bersabda, "Suatu
ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do'a dan istighfarnya, dia
adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi".
Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi ï·º wafat,
hingga kekhalifahan Abu Bakar telah diestafetkan kepada Khalifah Umar bin Khattab. Suatu ketika, khalifah Umar
teringat akan sabda Nabi ï·º. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Ia segera mengingatkan kepada Imam Ali untuk mencarinya bersama.
Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, dia berdua selalu
menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka.
Di antara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran,
apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh dia berdua.
Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang
dagangan mereka.
Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan
kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari
Yaman, segera khalifah Umar bin Khattab dan Imam Ali mendatangi mereka dan
menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia
ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota.
Mendengar jawaban itu, dia berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah
Umar bin Khattab dan Imam Ali memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang
melaksanakan salat. Setelah mengakhiri salatnya, Uwais menjawab salam kedua
tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera
membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada
di telapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh Nabi ï·º. Memang
benar! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut,
siapakah nama saudara? "Abdullah", jawab Uwais.
Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan
mengatakan, "Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu
yang sebenarnya?" Uwais kemudian berkata, "Nama saya Uwais
al-Qorni".
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais
telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan
kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Imam Ali memohon agar
Uwais berkenan mendo'akan untuk mereka.
Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah,
"Sayalah yang harus meminta do'a kepada kalian". Mendengar perkataan
Uwais, Khalifah berkata, "Kami datang ke sini untuk mohon do'a dan
istighfar dari anda".
Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni
akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo'a dan membacakan istighfar. Setelah
itu Khalifah Umar berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal
kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus
dengan berkata, "Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang.
Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang
lagi".
Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak
terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan ditolong oleh
Uwais, waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama
para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang.
Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam
kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang
laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi,
lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan salat di
atas air.
Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu.
"Wahai waliyullah, tolonglah kami!" tetapi lelaki itu tidak menoleh.
Lalu kami berseru lagi, "Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah,
tolonglah kami!" Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata,
"Apa yang terjadi ?"
"Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus
angin dan dihantam ombak?" tanya kami.
"Dekatkanlah diri kalian pada Allah!"
katanya.
"Kami telah melakukannya."
"Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca
bismillahirrohmaani rrohiim!"
Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul
di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib,
kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke
dasar laut.
Lalu orang itu berkata pada kami ,"Tak apalah
harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat". "Demi
Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? "Tanya kami.
"Uwais al-Qorni". Jawabnya dengan singkat.
Kemudian kami berkata lagi kepadanya,
"Sesungguhnya harta yang ada dikapal tersebut adalah milik orang-orang
fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir."
"Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah
kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?"
tanyanya.
"Ya, "jawab kami. Orang itu pun melaksanakan
salat dua rakaat di atas air, lalu berdo'a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap
salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan
meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta
kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.
Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais
al-Qorni telah pulang ke Rahmatullah.
Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah
banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat
pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk
mengkafaninya.
Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali
kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga
selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang
yang berebutan untuk mengusungnya.
Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, "ketika aku
ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu
aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada
kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah
bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada
masa pemerintahan Umar bin Khattab)
Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan
masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan.
Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah
dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang.
Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak
diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap
melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling
bertanya-tanya, "Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni? Bukankah
Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang
kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari
wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya
manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah
sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke
bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk
Yaman mengetahuinya siapa "Uwais al-Qorni" ternyata ia tak terkenal
di bumi tetapi terkenal di langit.
III.
Keistimewaan Uwais
Al Qarni
► Walaupun beliau tidak pernah
bertemu dengan Rasulullah SAW, tetapi rohaninya selalu berhubungan.
► Pada hari kiamat nanti, dimana semua manusia akan dibangkitkan kembali, Uwais Al Qarni akan memberikan syafa'at kepada sejumlah manusia sebanyak domba yang dimiliki Rabi'ah dan Mundhar, demikian yang disabdakan Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab.
► Beliau adalah seorang sufi yang amat sederhana, takut dan ta'at pada Allah SWT, ta'at pada Rasulullah SAW dan kedua orang tuanya. Pada waktu siang hari beliau selalu giat bekerja, tetapi walaupun beliau pada siang hari giat bekerja, mulutnya selalu membaca istighfar dan membaca ayat-ayat Al Quran.
► Setiap hari beiau selalu dalam keadaan lapar dan hanya memiliki pakaian yang melekat pada tubuhnya. Ini menunjukkan bahwa beliau hidup sangat sederhana sekali. Daan dalam kesederhanaan itu beliau selalu berdo'a kepada Allah SWT, "Ya Allah, janganlah ENGKAU siksa aku karena ada yang mati kelaparan dan jangan pula ENGKAU siksa aku karena ada yang kedinginan".
► Beliau selalu bersam Tuhan dan orang-orang yang lemah. Beliau dapat merasakan penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang lemah dan membuat dirinya seperti mereka sebagaimana yang pernah diamalkan Rasulullah SAW.
► Pada hari kiamat nanti, dimana semua manusia akan dibangkitkan kembali, Uwais Al Qarni akan memberikan syafa'at kepada sejumlah manusia sebanyak domba yang dimiliki Rabi'ah dan Mundhar, demikian yang disabdakan Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab.
► Beliau adalah seorang sufi yang amat sederhana, takut dan ta'at pada Allah SWT, ta'at pada Rasulullah SAW dan kedua orang tuanya. Pada waktu siang hari beliau selalu giat bekerja, tetapi walaupun beliau pada siang hari giat bekerja, mulutnya selalu membaca istighfar dan membaca ayat-ayat Al Quran.
► Setiap hari beiau selalu dalam keadaan lapar dan hanya memiliki pakaian yang melekat pada tubuhnya. Ini menunjukkan bahwa beliau hidup sangat sederhana sekali. Daan dalam kesederhanaan itu beliau selalu berdo'a kepada Allah SWT, "Ya Allah, janganlah ENGKAU siksa aku karena ada yang mati kelaparan dan jangan pula ENGKAU siksa aku karena ada yang kedinginan".
► Beliau selalu bersam Tuhan dan orang-orang yang lemah. Beliau dapat merasakan penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang lemah dan membuat dirinya seperti mereka sebagaimana yang pernah diamalkan Rasulullah SAW.
IV.
Wafatnya Uwais Al
Qarni
Walaupun Uwais setiap hari selalu menyendiri dan tidak pernah berkumpul
dengan orang lain, namun pada saat-saat tertentu seperti ketika ada panggilan
jihad untuk membela dan mempertahankan agama Allah SWT, maka beliau ikut
terpanggil bersama orang Islam lainnya untuk berperang membela kebenaran.
Ketika terjadi perang shiffin antara golongan Ali melawan golongan Muawiyah, Uwais berada pada golongannya Ali bin Abi Thalib. Ketika orang-orang Islam membebaskan daerah romawi, beliau ikut barisan tentara Islam, dan ketika kembali ditengah perjalanan beliau terserang meninggal pada penyakit dan tahun 39 H.
Ketika terjadi perang shiffin antara golongan Ali melawan golongan Muawiyah, Uwais berada pada golongannya Ali bin Abi Thalib. Ketika orang-orang Islam membebaskan daerah romawi, beliau ikut barisan tentara Islam, dan ketika kembali ditengah perjalanan beliau terserang meninggal pada penyakit dan tahun 39 H.
KESIMPULAN
Uwais Al Qarni adalah seorang sufi yang lahir disebuah desa
terpencil bernama Qaran di dekat Nejed, anak dari Amir, sehingga dia mempunyai
nama lengkap Uwais bin Amir Al Qairani, karena beliau lahir dilahirkan di desa
yang bernama Qaran, sehingga beliau lebih di kenal dengan sebutan Uwais Al
Qarni. Dikalangan para sufi
beliau dikenal sebagai seorang yang ta'at dan berbakti kepada kedua orang tua,
dan kehiduapannya yang amat sederhana dan zuhud yang sejati, beliau juga
dikenal sebagai orang sufi yang mempunyai ilmu kesucian diri yang amat luar
biasa yang dilimpahkan Allah SWT kepadanya.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar